belajar bersyukur
Tahun 2007 telah terlewati, masanya memulai rencana baru yang melengkapi dan memperbaharui rencana lama. Walaupun sedikit terlambat, tetapi saya mengucapkan selamat datang 2008, semoga semua harapan bisa tercapai. Lalu, apakah yang akan saya lakukan di tahun ini?

Hal yang sangat ingin saya terapkan di tahun 2008 ini adalah membiasakan bersyukur, seperti yang saya bahas sebelumnya bahwa keberuntungan datang dari hati yang berterima kasih. Maka sudah saatnya untuk merealisasikan kebiasaan itu, membumikannya dan membuatnya menjadi mudah seperti halnya bernafas. Karena memang pada secara "default", kita tidak mudah untuk bersyukur, apapun yang telah kita dapatkan.

Tidak Percaya?

Coba saja Anda ingat, berapa kali dalam hari ini Anda merasa harus melakukan sesuatu karena kalau tidak, Anda tidak akan mendapatkan apa yang Anda inginkan. Sedangkan sebenarnya akan sangat mudah bagi kita untuk mendapatkan keinginan kita dengan berterima kasih, siapa yang tidak tahu bahwa seseorang akan lebih senang membantu kita kalau kita pernah berterima kasih atas pertolongannya?.

Jadi, Bersyukur seperti apakah yang saya maksud?

Bersyukur itu berterima kasih dengan merasa baik. Bahasa kerennya "I feel good". Dan merasa baik adalah patokan apakah kita benar benar bersyukur atau tidak. Memangnya ada orang yang menerima uang 1 milyar terus bilang "aduh... kok ga dikasih tambahan 100 juta ya?". Bersyukur yang benar akan menghasilkan perasaan yang sempurna dan tidak merasa ada yang kurang dari apa yang telah kita dapatkan. Karena kita sadar bahwa itulah hasil terbaik untuk apa yang kita kerjakan.

Bersyukur bukan berpuas diri.

Banyak orang, termasuk saya, yang ketika mendengar gaya hidup bersyukur menjadi khawatir kalau hidup akan berhenti dan statis di satu tempat. Mungkin karena agak dekat pengertian syukur dengan puas. Dan rasa yang muncul ketika kita bersyukur salah satunya adalah kepuasan yang sangat dalam. Sehingga timbul pikiran kalau kita bersyukur dan merasa puas, kita akan berhenti berusaha lebih lanjut, yang tentunya membuat hidup tidak tambah maju. Kebenarannya adalah, bersyukur tidak sama dengan merasa puas. Proses bersyukur sendiri terdiri atas berterima kasih terhadap apa yang telah terjadi dan berharap mendapatkan kondisi yang sama atau bahkan lebih untuk apa yang akan kita lakukan nantinya.

Berbeda dengan merasa puas yang tidak lebih dari perasaan senang karena mampu mencapai target yang kita inginkan. Bersyukur kita lakukan terhadap hasil apapun yang kita peroleh setelah "berdarah darah" mengejarnya, baik maupun buruk.

Bersyukur bukan pasrah.

Salah satu gambaran umum tentang bersyukur adalah "nerimo" atau pasrah, Misalnya, seringkali kita menjawab pertanyaan "gimana kabarnya?" dengan format jawaban seperti ini : "ya... begitulah, tapi alhamdulillah, bla.. bla.. " atau sebaliknya "Kabarnya baik, tapi akhir akhir ini bisnis kurang lancar, bla.. bla..". Salahkah? tidak juga, hanya kurang tepat. Logika sederhananya, kalimat tersebut mengandung dua energi, yaitu positif(alhamdulillah) dan negatif (tapi), dan kalau plus digabung dengan minus hasilnya akan... minus atawa negatif.

Disnilah sikap pasrah itu tidak tepat diterapkan, karena pasrah lebih pas kalau dilakukan ketika kita menerima musibah atau sesuatu yang jelek, dan bersyukur atau berterima kasih tempatnya adalah untuk hal baik yang kita dapatkan. Walaupun kalau kita bisa menerapkan syukur untuk hal yang buruk, kita akan merasa lebih ringan menerima musibah.

Bersyukur adalah pilihan.

Sekali lagi, bersyukur adalah sikap mental dalam diri kita sendiri. Artinya, untuk bersyukur atau tidak itu bukan karena pengaruh dari luar. Sebuah pepatah klasik yang Saya ingat, "kita tidak bisa merubah arah angin, tapi kita bisa menyesuaikan arah layar" sangat tepat dikaikan dengan pilihan kita untuk bersyukur atau tidak. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengendalikan kondisi yang terjadi di sekeliling kita. Apalagi bisnis internet indonesia baru berkabung dengan banned masal parked. Belum lagi prediksi kalau Google Adsense bukan pilihan lagi. Dan lusinan 'badai" yang belum kita tahu darimana datangnya.

Tapi kabar gembiranya adalah, kita bisa menyesuaikan layar untuk menuju ke arah yang kita mau. Kita bisa menata hati dan perasaan kita secara independent. Dan bersyukur adalah awal yang bagus untuk belajar berbahagia di setiap suasana. Saya pun memulai tahun ini dengan komitmen untuk belajar bersyukur. Setiap hari, saya akan menuliskan hal hal kecil yang saya syukuri di bawah judul "Piece of Luck" yang ada di sidebar. Dengan harapan, Saya akan selalu merasa baik dan senang, dan "the Law of Attraction" bekerja dengan mendatangkan lebih banyak hal baik untuk Saya, setiap hari.

Sebagai refleksi penutup, Saya akan memberikan sedikit cerita, tiga orang teman yaitu Amir, Umar dan Makmur yang sudah lama tidak bertemu sedang mengadakan reuni dengan makan nasi pecel lele kegemaran mereka. Dulu, mereka biasa makan pecel lele tersebut disertai dengan cendol dan bakwan yang dijual disamping kedai pecel lele tersebut, ternyata setelah sekian lama sang penjual cendol telah tiada dan bakul bakwan sudah lama pulang kampung. Lalu Amir bercerita sambil mengenang masa lalu, "wah... ternyata pecel lele Mbah Darmo tidak berkurang enaknya, walaupun sudah 10 tahun! Sayang ya... bakwannya Mbak Parti ga ada, coba kalau masih ada... wuih rasanyaa... kayak ga mau berhenti ngunyah!", Amir bercerita demikian sambil matanya berkedip kedip membayangkan bakwan Mbak Parti. Lalu Umar pun menimpali, "Iya, Apalagi habis makan, trus minum cendolnya Lek Kardi, sempurna nikmatnya...". Melihat kedua temannya bercerita dengan semangat, Makmur dengan cueknya menjawab, "Ah, bagiku Bakwan Mbak Parti sama cendol Lek Kardi ga enak!". Kedua teman Makmur melihatnya bingung, "kok bisa? bukannya kamu dulu kalo makan bakwan paling banyak, dan cendolku sering kamu yang ngabisin?", tanya Umar. Makmur cuma menjawab santai, "Soalnya cendol sama bakwannya ga ada sekarang!".