Setelah berkutat dengan masalah layout yang tak kunjung selesai. Saya akhirnya menyerah (untuk sementara) dan berfokus pada isi yang menurut para sesepuh di blogosphere, jangka panjangnya lebih bernilai dan menguntungkan. Jadi ingat pepatah kuno (dikatakan 8000 tahun yang lalu oleh mbahnya fir’aun,) yang berbunyi “Jangan melihat blog dari layoutnya”!

Sepekan terakhir, saya mulai belajar prinsip yang baru tapi sudah usang. Baru saya terapkan di dunia internet tapi cukup lama untuk diketahui oleh seluruh makhluk yang bisa berpikir. Prinsip sederhana yang bernama konsistensi, atau continuity, or istiqomah. Yup… Saya merasa semua dari Anda pernah mengalaminya seperti saya, lalu hal apakah yang begitu umum dan terkenal kecuali rasa malas?!

Dan, walaupun tidak dengan cara yang sama, suatu saat kita pasti akan merasa jenuh, bosan, malas dan teman teman lainnya yang mendeskripsikan semua perasaan tidak enak dalam hati, Anda tahu kan kalau hati sudah tidak enak, mau makan apa aja pasti agak eneg (lho?!). Semua perasaan tidak enak atau eneg itu saya rangkum menjadi dua kata; perasaan negatif.
Anda tidak usah repot-repot untuk terus membaca artikel ini kalau ingin tahu kenapa dan kemana, karena saya ingin membahas tentang bagaimana menikmati hidup dengan perasaan negatif.

Saya mulai dengan kesepakatan bahwa yang saya maksud dengan perasaan negatif adalah semua hal yang membuat hari kita terasa buruk, tidak bersemangat, atau kata teman saya yang dari Londun, Madsu (wah, ternyata ada yang lebih Madsu dari saya karena belum tahu artinya adalah Masa Depan Suram! Hehehe, Piis meen!)

Oke, mulai serius!

Sebagai manusia, sewajarnya kalau perasaan kita selalu mondar-mandir dari positif ke negatif. Hal kodrati yang kalau kita lawan, artinya kita melawan seluruh alam semesta yang memang terjalin dari plus dan minus, yin dan yang. Karena diantara dua hal tersebut kita bisa mengalami keseimbangan. Dan keteraturan adalah kondisi terjadi apabila hal yang positif besarnya tidak kalah dengan hal negatif, begitu juga sebaliknya. Saya sendiri bertanya-tanya, apa yang akan polisi lakukan apabila di dunia ini tidak ada penjahat?

Nah, setelah memahami dan menyadari bahwa dunia kita diciptakan berdampingan antara hitam dan putih, gelap dan terang, serta sedih dan bahagia. Dapatkah kita menikmati hidup bahagia saat kita merasa sedih? Jawabannya, tidak semudah membalik telapak tangan, tapi tidak sesulit membalikkan telapak kaki.

Karena, kita sudah terbiasa untuk beranggapan bahwa positif itu baik dan negatif itu buruk. Seperti halnya kita sudah terbiasa untuk tertawa apabila senang dan menangis ketika sedih. Karena memang sewajarnya demikian. Dan akan menjadi aneh apabila Anda seorang diri mengejar kesedihan dan menghindari kesenangan. Saya tidak berusaha mendoktrin Anda untuk membaikkan yang buruk dan memburukkan yang baik. Karena itu akan merusak tatanan dunia. Tapi saya mengajak Anda untuk menemukan tombol dalam diri Anda yang dapat mengatur emosi Anda. Merasa sedikit sedih ketika bersenang-senang, dan merasa sedikit senang karena masih bisa bersedih.

Sebuah contoh kasus, pernahkah Anda melihat atau mendengar orang yang sangat-sangat gembira, sampai menangis? Saya kira sebagian besar pernah. Tapi, tahukah Anda ada orang yang sedemikian sedihnya sampai tertawa-tawa? Sebagian besar menjawab; orang gila!
Walaupun tidak se-ekstrim itu, dari contoh diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa apabila kita larut dalam suatu perasaan kita akan mengalami hal yang sebaliknya. Apakah teori ini terbukti? Saya tidak tahu, tapi saya tahu kadang kadang saya merasakannya. Dan sedikit hal yang sering saya lakukan untuk menikmati hal-hal negatif dalam hidup saya adalah, larut+menikmati=Ikhlas

Sebagai penutup, perasaan adalah hal yang abstrak, sebagaimana sang pujangga pernah bertitah “Dalamnya laut bisa diukur, tapi dalamnya hati, tiada yang pernah masuk dan mencari terumbu karang di dalamnya”. Artinya, hal tersebut mungkin tidak berlaku sama dengan Anda, tapi bagaimanapun caranya, saya sangat menganjurkan Anda untuk menemukannya. Karena saya yakin, hidup akan lebih berharga apabila kita bisa menikmati baik positif maupun negatifnya hari hari kita. So, make a decision to get a better live, or the best.

*)
1. Tolong jangan laporkan saya ke pihak yang berwajib karena merusak bahasa.
2. bagi yang bertanya-tanya kenapa saya mengawali tulisan ini dengan membahas rasa malas yang ga nyambung dengan isi artikel : sebenarnya saya lagi malas menulis karena saya malas kalau tahu anda menjadi malas gara-gara membaca tulisan tentang bermalas-malas, dan begitu saya tahu begitu banyak kata malas diparagraf ini, saya sungguh sungguh muak dan malas dengan kata malas dan semua hal yang berhubungan dan ada kaitannya dengan malas, kapan anda akan malas untuk meneruskan membaca? Dan sudahkah anda merasa malas untuk merasa malas??*#@?!>^_^<