Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup
mati saja! *)

Dulu sekali, waktu saya masih berumur belasan. Kalimat diatas hampir saya lihat setiap hari di pesantren saya. Dan saya bukan termasuk anak yang cepat dewasa sehingga kalimat tersebut hanya mampir sepintas lalu di otak saya yang kebanyakan berisi tentang sun go ku, Conan Edogawa dan lainnya. Karena waktu itu, selama saya bisa makan, tidur, baca komik dan tidak kena hokum. Saya sudah hidup.


Lain dulu lain sekarang tentunya,saat ini dengan sebagai status saya MA atawa Mahasiswa Abadi, sebagaimana MA-MA yang lain (apakabar, saudaraku?!) mau tidak mau saya merasa cemas dengan masa depan saya. Pengalaman saya lebaran yang lalu menguatkan hal itu, kalau tidak percaya lihat saja flashback dibawah ini… wuzt!


Andro dan Budi sedang duduk di beranda rumah. Keduanya sedang asyik mengobrol sambil menikmati teh dan kue lebaran. Terlihat dari jauh terlihat Dedek datang mendekat.

Budi
Wah ndro, udah beda ya lebaran sekarang, ga kayak waktu kita SD dulu, maen perang-perangan!

Andro
Yah, begitulah Bud, dulu kita dikasih duit, beli pistol mainan. Sekarang anak kecil dikasih duit, maen PS lah!

(mereka tertawa, Dedek duduk disamping Budi)

Dedek
Alah… kalian berdua sama aja, masa lalu diinget-inget melulu! Masa depan dong dipikin! Oya, ngomong-ngomong… kamu kan udah tamat Bud, dah dapet kerja belum? Aku baru dapet info penerimaan PNS nih.

Budi
Belum Dek, cari kerja susah, aku aja bingung mau cari kerja apa, bokap sih pengennya aku ya ngelamar PNS.

Andro
Bener dek, ga gampang cari kerja, butuh skill dan pengalaman.


Dedek
(Bingung)
Lho? Kok kamu udah mikirin kerja ndro? Emang kamu udah tamat?


Andro
(menoleh ke Dedek, tertohok!)

Budi
(Tersenyum simpul, nyaris terpingkal-pingkal)


Itu adalah salah satu scenario klasik diantara ratusan scenario nyata para anggota PMI (Persatuan Mahasiswaabad I). Saya tidak menyesali hidup, karena toh saya harus menerima konsekwensi (bahasa tumbuh2an euy!) dari pilihan saya. Ini adalah hidup saya, sebagaimana adanya.


Masalah yang selalu timbul adalah, ketidak percayaan diri tentang… ya itu tadi, masa depan. Hidup yang akan datang terasa susah mengingat sampai sekarang terkadang saya merasa hidup sebagai seorang pecundang. Detik inilah saya baru merasakan begitu “membumi”nya nasihat diatas. Saya sadari bahwa banyak orang yang merasa dirinya gagal seperti saya (dulu). Bukan hanya dalam masalah akademis. Tapi masalah lain dalam hidup yang beragam. Bisnis, karir, keluarga, cinta, teman atau apapun juga. Dan beberapa diantara kita juga pernah mengalami perasaan takut gagal. Sehingga membuat kita takut untuk memulai sesuatu, walaupun mungkin hal itu bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik. Buat Anda yang masih merasa diri sebagai loser, atau merasa bahwa masalah anda terlalu berat untuk dihadapi dan anda lebih memilih lari. Maka anda layak membaca kalimat ini:


Live is not problem to solve, it’s a reality to enjoy.


Sampai kita menyadari bahwa masalah, keberuntungan, sukses atau berhasil adalah bagian dari permainan bernama hidup. Maka kita tidak akan pernah bisa menikmatinya.


Sebenarnya tulisan ini dibuat untuk memberikan inspirasi pada diri saya sendiri. Tapi kalau ada yang mendapatkan sedikit manfaat dari sini. Saya akan senang sekali.


*) tulisan ini juga ditulis dalam bahasa inggris. Klik disini untuk membaca.