Haruskah Kita Merasa Harus?
kategori: ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Berapa kali dalam sehari Anda merasa harus melakukan sesuatu? Anggaplah 10 kali sehari, dari harus bangun pagi, harus berangkat ke kantor secepatnya, harus menyelesaikan tugas, harus menelpon pacar, harus ini, harus itu, harus entah apalagi, intinya harus! Dengan asumsi itu, berarti Anda sudah mempunyai 3.650 kali harus dalam setahun, dan kalau Anda hidup selama 60 tahun, itu artinya Anda punya 219.000 harus seumur hidup!!! wow, amazzzing or... dizzing?
Apa artinya data diatas?
Yah, mungkin bagi orang yang hidup dalam rutinitas data ini tidak menjadi sesuatu penting. Saya pun baru menyadarinya akhir akhir ini, gerak kehidupan yang kadang berputar terlalu cepat tidak mengijinkan kita menyadari hal kecil seperti ini. Tapi apabila kita mau berhenti sebentar dan menyadari gerak jantung memompa darah ke seluruh penjuru tubuh, dan paru paru memasukkan partikel udara melalui hidung, maka makna harus dalam hidup ini akan terlihat dengan jelas, dan itu berbeda beda pada masing masing individu.
Percayakah Anda kalau saya bilang; dengan hanya mengurangi kata harus yang terucap dalam sehari akan mempengaruhi kepuasan Anda terhadap hidup? we'll see...
Percobaan sederhana untuk mengetahui bagaimana kata harus mempengaruhi hidup adalah dengan menjawab pertanyaan ini dengan jujur : Apa yang Anda rasakan apabila disuruh untuk push up sebanyak 50 kali? Bagaimana kalau dengan imbalan 10rb/push up? bagaimana kalau Anda hanya HARUS melakukannya? atau bagaimana kalau Anda melakukannya sambil melihat sebuah golok ditodongkan ke Anda?
ups, sorry, contohnya terlalu ekstrim, tapi itu benar benar bisa menggambarkan bagaimana perasaan harus itu muncul dalam diri kita.
Kata harus, biasanya akan membuat kita merasa terpacu untuk melakukan sesuatu, terlepas dari tercapai atau tidaknya hal tersebut. Kata itu akan memicu alam bawah sadar kita untuk bergerak, bergerak dan bergerak. Hal yang bagus untuk beberapa orang, karena membuat mereka merasakan "hidup". Bahkan bisa membuat sebagian dari kita merasa berprestasi. Tapi satu hal yang kita lupakan dari kata harus ini, ia juga bisa menyebabkan perasaan menyesal, lose atau kalah.
Penyesalan?? ya... penyesalan dan segudang perasaan buruk lainnya.
Contoh kasus, apa yang anda rasakan apabila anda terlambat bangun pagi, sedang malam sebelumnya Anda merencanakan untuk lari pagi dan harus bangun? yup, kecewa. Dan menyesal karena telah gagal bangun pagi dan batal lari pagi. Salahkan? tentu saja tidak, itu manusiawi. Dan karena ke-manusiawi-annya kita sering mengabaikannya, dan ujung ujungnya, perasaan menyesal yang sering kita abaikan menyerang balik, melalui apa? stress dan depresi tentu saja.
Kata harus juga sering diasosiasikan dengan pasti. Kata harus yang pasti ini memang bernada positif, seperti harus bekerja keras, sedikit banyak membuat kita merasa pasti berhasil, atawa optimis. Tidak ada yang salah dengan itu semua, hanya saja, ya.. hanya saja kita lebih sering tidak menyadari apa yang kita rasakan.
Ada yang merasa aneh setelah membaca tulisan ini? Atau lebih tepatnya merasa bingung? tenang saja, tidak ada yang aneh dengan Anda, karena Saia juga bingung kenapa tulisan saya jadi begini, *ternyata kumatku blom sembuh T_T
Oke deh, kapan kapan Saya bahas kata, perasaan dan pengertian harus dari sudut dan segi lain, yang lebih enak dan dipahami pembahasannya, soalnya ketika nulis ini kepotong ama nelpon plus makan malem, walhasil tulisan Saya jadi ga nyambung *emang ga bakat nulis kali yak, hehehe
PS : Saya sendiri mulai belajar mengurangi keharusan dalam hidup, I mean, belajar mengendalikan keharusan dalam hidup, dan belajar menyadari bahwa kata harus adalah ciptaan pikiran untuk mencapai ambisinya, sayangnya tidak selamanya perasaan mau menerima kegagalan dari keharusan yang diciptakan pikiran *halah, mbulet, makin puciiiiingggg!!!
Apa artinya data diatas?
Yah, mungkin bagi orang yang hidup dalam rutinitas data ini tidak menjadi sesuatu penting. Saya pun baru menyadarinya akhir akhir ini, gerak kehidupan yang kadang berputar terlalu cepat tidak mengijinkan kita menyadari hal kecil seperti ini. Tapi apabila kita mau berhenti sebentar dan menyadari gerak jantung memompa darah ke seluruh penjuru tubuh, dan paru paru memasukkan partikel udara melalui hidung, maka makna harus dalam hidup ini akan terlihat dengan jelas, dan itu berbeda beda pada masing masing individu.
Percayakah Anda kalau saya bilang; dengan hanya mengurangi kata harus yang terucap dalam sehari akan mempengaruhi kepuasan Anda terhadap hidup? we'll see...
Percobaan sederhana untuk mengetahui bagaimana kata harus mempengaruhi hidup adalah dengan menjawab pertanyaan ini dengan jujur : Apa yang Anda rasakan apabila disuruh untuk push up sebanyak 50 kali? Bagaimana kalau dengan imbalan 10rb/push up? bagaimana kalau Anda hanya HARUS melakukannya? atau bagaimana kalau Anda melakukannya sambil melihat sebuah golok ditodongkan ke Anda?
ups, sorry, contohnya terlalu ekstrim, tapi itu benar benar bisa menggambarkan bagaimana perasaan harus itu muncul dalam diri kita.
Kata harus, biasanya akan membuat kita merasa terpacu untuk melakukan sesuatu, terlepas dari tercapai atau tidaknya hal tersebut. Kata itu akan memicu alam bawah sadar kita untuk bergerak, bergerak dan bergerak. Hal yang bagus untuk beberapa orang, karena membuat mereka merasakan "hidup". Bahkan bisa membuat sebagian dari kita merasa berprestasi. Tapi satu hal yang kita lupakan dari kata harus ini, ia juga bisa menyebabkan perasaan menyesal, lose atau kalah.
Penyesalan?? ya... penyesalan dan segudang perasaan buruk lainnya.
Contoh kasus, apa yang anda rasakan apabila anda terlambat bangun pagi, sedang malam sebelumnya Anda merencanakan untuk lari pagi dan harus bangun? yup, kecewa. Dan menyesal karena telah gagal bangun pagi dan batal lari pagi. Salahkan? tentu saja tidak, itu manusiawi. Dan karena ke-manusiawi-annya kita sering mengabaikannya, dan ujung ujungnya, perasaan menyesal yang sering kita abaikan menyerang balik, melalui apa? stress dan depresi tentu saja.
Kata harus juga sering diasosiasikan dengan pasti. Kata harus yang pasti ini memang bernada positif, seperti harus bekerja keras, sedikit banyak membuat kita merasa pasti berhasil, atawa optimis. Tidak ada yang salah dengan itu semua, hanya saja, ya.. hanya saja kita lebih sering tidak menyadari apa yang kita rasakan.
Ada yang merasa aneh setelah membaca tulisan ini? Atau lebih tepatnya merasa bingung? tenang saja, tidak ada yang aneh dengan Anda, karena Saia juga bingung kenapa tulisan saya jadi begini, *ternyata kumatku blom sembuh T_T
Oke deh, kapan kapan Saya bahas kata, perasaan dan pengertian harus dari sudut dan segi lain, yang lebih enak dan dipahami pembahasannya, soalnya ketika nulis ini kepotong ama nelpon plus makan malem, walhasil tulisan Saya jadi ga nyambung *emang ga bakat nulis kali yak, hehehe
PS : Saya sendiri mulai belajar mengurangi keharusan dalam hidup, I mean, belajar mengendalikan keharusan dalam hidup, dan belajar menyadari bahwa kata harus adalah ciptaan pikiran untuk mencapai ambisinya, sayangnya tidak selamanya perasaan mau menerima kegagalan dari keharusan yang diciptakan pikiran *halah, mbulet, makin puciiiiingggg!!!
Tidak ada komentar diberikan untuk "Haruskah Kita Merasa Harus?"
Posting Komentar